BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah
satu komoditas air tawar yang memperoleh perhatian cukup besar dari pemerintah
dan pemerhati masalah perikanan dunia, terutama berkaitan dengan usaha
peningkatan gizi masyarakat dinegara – negara yang sedang berkembang. Ikan nila
dikenal dengan tilapia yang merupakan ikan bukan asli perairan Indonesia tetapi
jenis ikan pendatang yang diintroduksikan ke Indonesia dalam beberapa tahap.
Meskipun demikian, ikan ini ternyata dengan cepat berhasil dengan cepat
menyebar keseluruh pelosok Tanah Air dan menjadi ikan konsumsi yang cukup
popular. Begitu populernya ikan nila sehingga saat ini dapat dengan mudah
ditemukan. Secara resmi ikan nila (Oreochromis
niloticus) didatangkan oleh Balai Penelitian Air Tawar pada tahun 1969.
Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan
kepada petani Indonesia (Suyanto, 2003).
Reproduksi adalah
kemampuan individu untuk menghasilkan keturunanya sebagai upaya untuk
melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Tidak setiap individu mampu menghasilkan
keturunan, tetapi setidaknya reproduksi akan berlangsung pada sebagian besar
individu yang hidup dipermukaan bumi ini. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis
hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungan. Ada yang berlangsung
setiap musim atau kondisi tertentu setiap tahun. (Fujaya, 2004).
1.2
Tujuan
Praktikum
Tujuan dari praktikum
ini adalah untuk mengetahui sistem Reproduksi pada ikan
BAB
II
TINJAUAN
KEPUSTAKAAN
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah
satu komoditas air tawar yang memperoleh perhatian cukup besar dari pemerintah
dan pemerhati masalah perikanan dunia, terutama berkaitan dengan usaha
peningkatan gizi masyarakat dinegara – negara yang sedang berkembang. Ikan nila
dikenal dengan tilapia yang merupakan ikan bukan asli perairan Indonesia tetapi
jenis ikan pendatang yang diintroduksikan ke Indonesia dalam beberapa tahap.
Meskipun demikian, ikan ini ternyata dengan cepat berhasil dengan cepat
menyebar keseluruh pelosok Tanah Air dan menjadi ikan konsumsi yang cukup
popular. Begitu populernya ikan nila sehingga saat ini dapat dengan mudah
ditemukan. Secara resmi ikan nila (Oreochromis
niloticus) didatangkan oleh Balai Penelitian Air Tawar pada tahun 1969.
Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan
kepada petani Indonesia (Suyanto, 2003).
Ikan Nila memiliki
bagian tubuh yang memanjang ramping dan relative pipih. Sisinya besar dan
kasar, bentuknya ctenoid, gurat sisi
terputus-putus di bagian tengah badan ikan. Warna sisik abu-abu kecoklatan
(nila hitam) dan putih atau merah (nila merah). Posisi mulut terletak di ujung
mulut dan terminal. Pada sirip punggung terdapat jari-jari sirip punggung yang
keras dan garis-garis vertical yang bulat dan berwarna kemerahan. Ikan nila
memiliki ciri pada tubuh secara fisik perbandingannya adalah 2:1 antara panjang
dan tinggi. Sirip punggung dengan 16-17 duri tajam dan 11-15 duri lunak dan
pada bagian anal terdapat 3 duri dan 8-11 jari-jari. Tubuh berwarna kehitaman atau
keabuan dengan beberapa pita hitam belang yang semakin memudar atau samar-samar
kelihatan pada saat ikan dewasa. (Satyani, 2001).
Untuk membedakan antara jantan dan
betina dapat dilihat melalui bentuk dan alat kelamin yang ada pada bagian tubuh
ikan. Ikan jantan memiliki sebuah lubang kelamin yang bentuknya memanjang dan
menonjol. Berfungsi sebagai alat pengeluaran sperma dan air seni. Warna sirip
memerah, terutama pada saat matang gonad. Ikan betina memiliki dua lubang
kelamin di dekat anus, berbentuk seperti bulan sabit dan berfungsi untuk
keluarnya telur. Lubang yang kedua berada di belakang saluran telur dan
berbentuk bulat dan berfungsi sebagai tempat keluarnya air seni (Hasni, 2008).
Perkembangan gonad
merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Umumnya
pertambahan gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh dan pada
ikan jantan sebesar 5–10%, dalam biologi perikanan pencatatan perubahan atau
tahap-tahap kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan
yang melakukan reproduksi atau tidak, dari pengetahuan tingkat kematangan gonad
(TKG) akan didapatkan informasi, kapan satu jenis ikan memijah, baru memijah atau
sudah selesai memijah. Tiap-tiap spesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya
menjadi masak tidak sama ukuranya, demikian pula ikan yang sama spesiesnya,
apalagi spesies tersebut tersebar pada lintang yang perbedaanya lebih dari 5
derajat (Asep, 2010).
Pematangan kematangan
gonad dilakukan dengan kedua cara, yang pertama cara histologi dilakukan
dilaboratorium, yang kedua cara pengamatan morfologi yang dapat dilakukan dilaboratorium
dan dapat pula dilakukan di lapangan, dari penelitian secara histologi akan
diketahui anatomi perkembangan gonad tadi lebih jelas dan mendetail, sedangkan
hasil pengamatan secara morfologi tidak akan sedetail cara histologi, namun
cara morfologi ini banyak dilakukan para peneliti. Dasar yang dipakai untuk
menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara morfologi ialah bentuk, ukuran
panjang dan berat, warna dan perkembangan gonad ikan betina lebih banyak
diperhatikan dari pada ikan jantan karena perkembangan diameter telur yang
terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat dari pada sperma yang terdapat di
dalam testes. (Uma, 2009).
Tingkat kematangan
gonad ialah tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan itu
berpijah. Tingkat kematangan gonad tertinggi akan didapatkan pada saat pemijahan
akan tiba. Tingkat kematangan gonad secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan
suatu indeks kematangan gonad atau disebut juga indeks gonad somatik. Mahluk
hidup melakukan reproduksi untuk mempertahankan kelangsungan spesiesnya, begitu
pula ikan. Sistem reproduksi mahluk hidup terbagi menjadi beberapa bagian, ikan
khususnya ikan nila memiliki sistem reproduksi biseksual yang artinya pembuahan
terjadi dengan bertemunya sel sperma dan sel ovum dari individu yang berbeda.
Individu yang memiliki sel sperma bersifat jantan sedangkan yang memiliki sel
ovum bersifat betina. (Elvyra, 2004).
Ikan nila dianggap
dewasa (matang gonad) setelah berusia di atas enam bulan. Induk betinanya dapat
menghasilkan lebih dari 3.000 butir telur dalam sekali pemijahan, namun dari
jumlah telur itu tidak semua menjadi larva ikan. Banyaknya jumlah telur yang
dikeluarkan pada saat reproduksi dipengaruhi oleh makanan, ukuran ikan dan
faktor lingkungan. Induk ikan nila memiliki masa reproduksi hingga berumur dua
tahun dan mampu melakukan pemijahan setiap enam minggu sekali. Populasi suatu
jenis ikan dalam suatu ekosistem dapat diduga dari analisis parameter
reproduksi. (Pulungan, 2004)
Menurut (Abas, 1996) Pada
ikan betina mempunyai indung telur sedangkan ikan jantan mempunyai testis. Baik
indung telur maupun testis ikan semuanya terletak pada rongga perut di sebelah
kandung kemih dam kanal alimentari. Keadaan gonad ikan sangat menentukan
kedewasaan ikan. Kedewasaan ikan meningkat dengan makin meningkatnya fungsi
gonad Ikan Nila umumnya mempunyai sepasang gonad, terletak pada bagian
posterior rongga perut di sebelah bawah ginjal. Pada saat ikan nila bertelur
dan sperma dikeluarkan oleh ikan jantan, pada saat itu pula terjadilah
fertilasi di luar tubuh induknya (eksternal) yaitu di dalam air tempat dimana
ikan itu berada, kemudian mengerami telur di dalam mulutnya antara 4-5 hari dan
telur tersebut menetas 3-4 hari. Telur ikan yang dibuahi dan menetas dinamakan
larva. Larva tersebut mempunyai kuning telur yang masih menempel pada tubuhnya digunakan
sebagai cadangan makanan untuk awal kehidupannya.
BAB
III
DATA
DAN PENGAMATAN
3.1.
Data dan pengamatan Sistem Reproduksi pada ikan Oreochromis niloticus


![]() |
|||
![]() |
|||
Gambar 1. Bagian organ reproduksi pada
ikan Oreochromis
niloticus
Keterangan
gambar :
1. Ikan
jantan
2. Ikan
betina
![]() |

Gambar 2. Bagian organ reproduksi pada ikan Oreochromis niloticus
1.
Gonad
2. Testis
BAB IV
PEMBAHASAN
Reproduksi adalah
kemampuan individu untuk menghasilkan keturunanya sebagai upaya untuk melestarikan
jenisnya atau kelompoknya. Tidak setiap individu mampu menghasilkan keturunan, tetapi
setidaknya reproduksi akan berlangsung pada sebagian besar individu yang hidup
dipermukaan bumi ini. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda,
tergantung kondisi lingkungan, ada yang berlangsung setiap musim atau kondisi
tertentu setiap tahun.
Gonad adalah bagian
dari organ reproduksi pada ikan yang menghasilkan
telur pada ikan betina dan sperma pada ikan jantan. Ikan pada umumnya mempunyai
sepasang gonad dan jenis kelamin umumnya
terpisah. Ikan memiliki ukuran dan jumlah telur yang berbeda, tergantung tingkah laku dan
habitatnya. Sebagian ikan memiliki jumlah telur banyak, namun berukuran kecil
sebagai konsekuensi dari kelangsungan hidup yang rendah. Sebaliknya, ikan yang
memiliki jumlah telur sedikit, ukuran butirnya besar, dan kadang-kadang
memerlukan perawatan dari induknya, misal ikan nila (Oreochromis niloticus).
Berdasarkan morfologi,
ikan Nila jantan memiliki ukuran sisik yang lebih besar dari pada ikan Nila betina.
Alat kelamin ikan Nila jantan berupa Testis,
Epididimis, Vas Deferen, Vas Efferens, Kelenjar Prostat dan testis
berbentuk seperti tonjolan agak runcing yang berfungsi sebagai muara urin dan
saluran sperma yang terletak di depan anus. Jika diurut, perut ikan Nila jantan
akan mengeluarkan cairan bening (cairan sperma) terutama pada saat musim
pemijahan. Sementara itu, ikan Nila betina mempunyai lubang genital terpisah
dengan lubang saluran urin yang terletak didepan anus. Bentuk hidung dan rahang
belakang ikan Nila jantan melebar dan berwarna biru muda. Pada ikan betina,
alat reproduksinya adalah Fimbriae,
Ovarium, dan Oviduk. Sirip punggung dan sirip ekor ikan Nila jantan berupa
garis putus-putus. Sementara itu, pada ikan Nila betina, garisnya berlanjut
(tidak putus) dan melingkar.

Gambar 1 : Perbedaan
alat kelamin Nila jantan (kiri) dan Nila betina (kanan)
(Sumber : Suyanto, 2003)
Klasifikasi Ikan Nila.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Percormorphii
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Berdasarkan
habitat tempat ikan memijah ada 4 yaitu :
·
Lithophil: memijah pada dasar
perairan berbatu.
·
Psamophil: memijah pada dasar
perairan berpasir.
·
Phelagophil: memijah pada perairan
terbuka.
·
Phytophil: memijah pada tumbuhan.
Berdasarkan
tipe-tipe reproduksi dan seksualitas, ikan dapat di bedakan menjadi 3 tipe,
yaitu :
·
Biseksual : Biseksual dapat diartikan
sebagai jenis ikan yang memiliki dua kelamin dalam satu spesies atau dengan
kata lain dapat dibedakan menjadi jantan dan betina. Pembedaan ini dapat
dilakukan dengan melihat ciri seksual primer dan sekundernya. Ciri seksual
primer hanya bisa dilihat dengan melakukan pembedahan. Ciri seksual primer hanya
dapat ditandai oleh organ yang berhubungan langsung dengan proses reproduksi;
yaitu testis, saluran pada ikan jantan, dan ovarium saluranya pada ikan betina.
Sedangkan ciri seksual sekunder dapat dibedakan oleh dimorfise seksual atau
melihat ciri morfologi dari ikan tersebut dan dikromatisme seksual dengan melihat
warna dari ikan tersebut.
·
Uniseksual : Uniseksual dapat
diartikan sebagai organisme yang berkelamin tunggal. Pada beberapa spesies ikan
penentuan kelamin lebih mudah dilakukan karena semua individu berkelamin
betina. Contoh yang tepat mengenai fenomenan ini adalah kelompok ikan molly-amazon (Poecillia formosa) merupakan ikan yang ditemukan pertama kali
sebagai ikan yang berkelamin betina. Molly-amazon
bertindak sebagai parasit seksual terhadap dua spesies lain dari genus yang
sama. Sperma dari jantan dari jenis ikan inang diperlukan untuk mengaktifkan
perkembagan telur-telur Molly-amazon,
tetapi penyatuan kromosom jantan dan betina tidak terjadi sehingga hanya
terbentuk betina yang secara genetik seragam. Pembentukan keturunan uniseksual ini disebut dengan partenogenesis.
·
Hemaprodit : Hemaprodit dapat
diartikan sebagai sebuah organisme yang memiliki kelamin ganda. Hermaprodit dapat dibedakan menjadi 3
tipe yaitu hemaprodit singkroni,
hemaprodit protandi, dan hemaprodit
protogini.
§ Hermaprodit singkroni adalah golongan ikan yang gonadnya terdapat sel kelamin jantan
dan betina yang dapat aktif secara bersamaan.
§ Hemaprodit protandi adalah golongan ikan yang dalam hidupnya mengalami perubahan
jenis kelamin dari jantan menjadi betina misalnya ikan black porgy, ikan ini pada umur tiga tahun berubah dari kelamin
jantan ke betina.
§ Hermaprodit Protogini adalah golongan ikan yang dalam hidupnya mengalami perubahan dari
jenis betina menjadi jantan misalnya Labroides
dimidiatus.
Organ
reproduksi ikan dinamakan gonad. Pada
ikan jantan gonad disebut dengan testis, pada ikan betina disebut dengan ovarium.
·
Testis (gonad jantan) bersifat
internal dan bentuknya memanjang (longitudinal) pada umumnya berpasangan.
Beratnya bisa mencapai 12 % atau lebih dari bobot tubuhnya. Kebanyakan testis berwarna putih atau kekuningan.
·
Ovarium berbentuk longitudinal.
Letaknya internal dan biasanya berjumlah sepasang. Jika dalam keadaan matang
ovarium bisa mencapai 30-70% dari berat tubuhnya. Warnanya pun berbeda-beda,
sebagian besar berwarna keputih-putihan dan menjadi kekuning-kuningan pada
waktu matang. Kematangan testis dan ovarium dipengaruhi oleh umur, spesies dan,
ukuran.
Berdasarkan
tempat embrio berkembang dan tempat terjadinya pembuahan digolongkan menjadi
tiga tipe, yaitu:
1.
Ovivar (bertelur) : Golongan ikan
yang mengeluarkan telur pada saat pemijahan, sebagian besar jenis ikan termasuk
golongan ini.
2.
Vivipar (beranak) : Golongan ikan
yang perkembangan embrionya berada dalam tubuh induknya dan perkembangan
embrionya dipengaruhi oleh tali plasenta, contohnya beberapa ikan Elasmobranchii.
3.
Ovovivipar (bertelur beranak) : Golongan
ikan yang perkembangan embrionya berada dalam tubuh, namun perkembangan
embrionya tidak dipengaruhi oleh tali plasenta, namun oleh kuning telur,
contohnya ikan rockfish (Scorpaenidae).
Ikan yang
pembuahannya secara eksternal, ikan betina tidak mengeluarkan telur yang
bercangkang, namun mengeluarkan ovum yang tidak akan berkembang lebih lanjut
apabila tidak dibuahi oleh sperma. Ovum tersebut dikeluarkan dari ovarium
melalui oviduk dan dikeluarkan melalui kloaka. Saat akan bertelur, ikan betina
mencari tempat yang rimbun oleh tumbuhan air atau diantara bebatuan di dalam
air. Bersamaan dengan itu, ikan jantan juga mengeluarkan sperma dari testis
yang disalurkan melalui saluran urogenital
(saluran kemih sekaligus saluran sperma) dan keluar melalui kloaka, sehingga
terjadi fertilisasi didalam air.
Peristiwa
ini terus berlangsung sampai ratusan ovum yang dibuahi melekat pada tumbuhan
air atau pada celah-celah batu. Telur-telur yang telah dibuahi tampak seperti
bulatan-bulatan kecil berwarna putih. Telur-telur ini akan menetas dalam waktu
24 – 40 jam. Anak ikan yang baru menetas akan mendapat makanan pertamanya dari
sisa kuning telurnya, yang tampak seperti gumpalan di dalam perutnya yang masih
jernih. Dari sedemikian banyaknya anak ikan, hanya beberapa saja yang dapat
bertahan hidup. Sedangkan pada ikan yang pembuahannya secara internal, seperti
hiu dan pari. Sel telur tetap dihasilkan oleh ovarium kemudian menuju oviduk
untuk dibuahi dan selanjutnya akan melekat pada uterus hewan betina.
BAB V
KESIMPULAN
1. Reproduksi
adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunanya sebagai upaya untuk
melestarikan jenisnya atau kelompoknya
2. Gonad
adalah bagian dari organ reproduksi pada ikan yang menghasilkan telur pada ikan betina dan
sperma pada ikan jantan.
3. Berdasarkan habitat tempat ikan memijah ada 4 yaitu : Lithophil, Psamophil, Phelagophil, Phytophil.
4. Berdasarkan tipe-tipe reproduksi dan seksualitas, ikan dapat di
bedakan menjadi 3 tipe, yaitu : Biseksual,
Uniseksual, Hemaprodit.
5. Hemaprodit dapat dibedakan menjadi 3 tipe yaitu hemaprodit singkroni, hemaprodit protandi, dan hemaprodit protogini.
6. Berdasarkan tempat embrio berkembang dan tempat terjadinya pembuahan
digolongkan menjadi 3 tipe, yaitu: Ovivar
(bertelur), Vivipar (beranak) , Ovovivipar (bertelur beranak).
DAFTAR
PUSTAKA
Asep, Muhammad. 2010. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka
Nusantara. Bogor
Elvyra, Roza. 2004. Aspek Habitat, Makanan dan
Reproduksi Ikan Tilapia.
Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Hasni. 2008. Pembenihan dan Pemasaran Pada Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta
Pulungan. 2004. Bentuk Organ Pada Tubuh Ikan. Fakultas Perikanan dan
Ilmu
Kelautan. UNRI.
Pekanbaru
Satyani. 2001.Biologi Laut. PT Gramedia Utama. Jakakarta
Suyanto. 2003. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.
Uma, Laode. 2009. Buku Ajar Ikhtiologi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar