Rabu, 27 Desember 2017

Sistem Reproduksi Pada ikan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas air tawar yang memperoleh perhatian cukup besar dari pemerintah dan pemerhati masalah perikanan dunia, terutama berkaitan dengan usaha peningkatan gizi masyarakat dinegara – negara yang sedang berkembang. Ikan nila dikenal dengan tilapia yang merupakan ikan bukan asli perairan Indonesia tetapi jenis ikan pendatang yang diintroduksikan ke Indonesia dalam beberapa tahap. Meskipun demikian, ikan ini ternyata dengan cepat berhasil dengan cepat menyebar keseluruh pelosok Tanah Air dan menjadi ikan konsumsi yang cukup popular. Begitu populernya ikan nila sehingga saat ini dapat dengan mudah ditemukan. Secara resmi ikan nila (Oreochromis niloticus) didatangkan oleh Balai Penelitian Air Tawar pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani Indonesia (Suyanto, 2003).
Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunanya sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Tidak setiap individu mampu menghasilkan keturunan, tetapi setidaknya reproduksi akan berlangsung pada sebagian besar individu yang hidup dipermukaan bumi ini. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungan. Ada yang berlangsung setiap musim atau kondisi tertentu setiap tahun. (Fujaya, 2004).
1.2 Tujuan Praktikum                                        
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui sistem Reproduksi pada ikan
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas air tawar yang memperoleh perhatian cukup besar dari pemerintah dan pemerhati masalah perikanan dunia, terutama berkaitan dengan usaha peningkatan gizi masyarakat dinegara – negara yang sedang berkembang. Ikan nila dikenal dengan tilapia yang merupakan ikan bukan asli perairan Indonesia tetapi jenis ikan pendatang yang diintroduksikan ke Indonesia dalam beberapa tahap. Meskipun demikian, ikan ini ternyata dengan cepat berhasil dengan cepat menyebar keseluruh pelosok Tanah Air dan menjadi ikan konsumsi yang cukup popular. Begitu populernya ikan nila sehingga saat ini dapat dengan mudah ditemukan. Secara resmi ikan nila (Oreochromis niloticus) didatangkan oleh Balai Penelitian Air Tawar pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani Indonesia (Suyanto, 2003).
Ikan Nila memiliki bagian tubuh yang memanjang ramping dan relative pipih. Sisinya besar dan kasar, bentuknya ctenoid, gurat sisi terputus-putus di bagian tengah badan ikan. Warna sisik abu-abu kecoklatan (nila hitam) dan putih atau merah (nila merah). Posisi mulut terletak di ujung mulut dan terminal. Pada sirip punggung terdapat jari-jari sirip punggung yang keras dan garis-garis vertical yang bulat dan berwarna kemerahan. Ikan nila memiliki ciri pada tubuh secara fisik perbandingannya adalah 2:1 antara panjang dan tinggi. Sirip punggung dengan 16-17 duri tajam dan 11-15 duri lunak dan pada bagian anal terdapat 3 duri dan 8-11 jari-jari. Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan dengan beberapa pita hitam belang yang semakin memudar atau samar-samar kelihatan pada saat ikan dewasa. (Satyani, 2001).
            Untuk membedakan antara jantan dan betina dapat dilihat melalui bentuk dan alat kelamin yang ada pada bagian tubuh ikan. Ikan jantan memiliki sebuah lubang kelamin yang bentuknya memanjang dan menonjol. Berfungsi sebagai alat pengeluaran sperma dan air seni. Warna sirip memerah, terutama pada saat matang gonad. Ikan betina memiliki dua lubang kelamin di dekat anus, berbentuk seperti bulan sabit dan berfungsi untuk keluarnya telur. Lubang yang kedua berada di belakang saluran telur dan berbentuk bulat dan berfungsi sebagai tempat keluarnya air seni (Hasni, 2008).
Perkembangan gonad merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Umumnya pertambahan gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh dan pada ikan jantan sebesar 5–10%, dalam biologi perikanan pencatatan perubahan atau tahap-tahap kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang melakukan reproduksi atau tidak, dari pengetahuan tingkat kematangan gonad (TKG) akan didapatkan informasi, kapan satu jenis ikan memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah. Tiap-tiap spesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya menjadi masak tidak sama ukuranya, demikian pula ikan yang sama spesiesnya, apalagi spesies tersebut tersebar pada lintang yang perbedaanya lebih dari 5 derajat (Asep, 2010).
Pematangan kematangan gonad dilakukan dengan kedua cara, yang pertama cara histologi dilakukan dilaboratorium, yang kedua cara pengamatan morfologi yang dapat dilakukan dilaboratorium dan dapat pula dilakukan di lapangan, dari penelitian secara histologi akan diketahui anatomi perkembangan gonad tadi lebih jelas dan mendetail, sedangkan hasil pengamatan secara morfologi tidak akan sedetail cara histologi, namun cara morfologi ini banyak dilakukan para peneliti. Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara morfologi ialah bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perkembangan gonad ikan betina lebih banyak diperhatikan dari pada ikan jantan karena perkembangan diameter telur yang terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat dari pada sperma yang terdapat di dalam testes. (Uma, 2009).
Tingkat kematangan gonad ialah tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan itu berpijah. Tingkat kematangan gonad tertinggi akan didapatkan pada saat pemijahan akan tiba. Tingkat kematangan gonad secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan suatu indeks kematangan gonad atau disebut juga indeks gonad somatik. Mahluk hidup melakukan reproduksi untuk mempertahankan kelangsungan spesiesnya, begitu pula ikan. Sistem reproduksi mahluk hidup terbagi menjadi beberapa bagian, ikan khususnya ikan nila memiliki sistem reproduksi biseksual yang artinya pembuahan terjadi dengan bertemunya sel sperma dan sel ovum dari individu yang berbeda. Individu yang memiliki sel sperma bersifat jantan sedangkan yang memiliki sel ovum bersifat betina. (Elvyra, 2004).
Ikan nila dianggap dewasa (matang gonad) setelah berusia di atas enam bulan. Induk betinanya dapat menghasilkan lebih dari 3.000 butir telur dalam sekali pemijahan, namun dari jumlah telur itu tidak semua menjadi larva ikan. Banyaknya jumlah telur yang dikeluarkan pada saat reproduksi dipengaruhi oleh makanan, ukuran ikan dan faktor lingkungan. Induk ikan nila memiliki masa reproduksi hingga berumur dua tahun dan mampu melakukan pemijahan setiap enam minggu sekali. Populasi suatu jenis ikan dalam suatu ekosistem dapat diduga dari analisis parameter reproduksi. (Pulungan, 2004)
Menurut (Abas, 1996) Pada ikan betina mempunyai indung telur sedangkan ikan jantan mempunyai testis. Baik indung telur maupun testis ikan semuanya terletak pada rongga perut di sebelah kandung kemih dam kanal alimentari. Keadaan gonad ikan sangat menentukan kedewasaan ikan. Kedewasaan ikan meningkat dengan makin meningkatnya fungsi gonad Ikan Nila umumnya mempunyai sepasang gonad, terletak pada bagian posterior rongga perut di sebelah bawah ginjal. Pada saat ikan nila bertelur dan sperma dikeluarkan oleh ikan jantan, pada saat itu pula terjadilah fertilasi di luar tubuh induknya (eksternal) yaitu di dalam air tempat dimana ikan itu berada, kemudian mengerami telur di dalam mulutnya antara 4-5 hari dan telur tersebut menetas 3-4 hari. Telur ikan yang dibuahi dan menetas dinamakan larva. Larva tersebut mempunyai kuning telur yang masih menempel pada tubuhnya digunakan sebagai cadangan makanan untuk awal kehidupannya.
           
BAB III
DATA DAN PENGAMATAN
3.1. Data dan pengamatan Sistem Reproduksi pada ikan Oreochromis niloticus
Description: C:\Users\Hp\Downloads\1511178346829.jpgDescription: C:\Users\Hp\Downloads\1511178346890.jpg



 






Gambar 1. Bagian organ reproduksi pada ikan Oreochromis niloticus
Keterangan gambar :
1.      Ikan jantan
2.      Ikan betina









Gambar 2. Bagian organ reproduksi pada ikan Oreochromis niloticus
1.     Gonad
2.     Testis
BAB IV
PEMBAHASAN
Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunanya sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Tidak setiap individu mampu menghasilkan keturunan, tetapi setidaknya reproduksi akan berlangsung pada sebagian besar individu yang hidup dipermukaan bumi ini. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungan, ada yang berlangsung setiap musim atau kondisi tertentu setiap tahun.
Gonad adalah bagian dari organ reproduksi pada ikan yang  menghasilkan telur pada ikan betina dan sperma pada ikan jantan. Ikan pada umumnya mempunyai sepasang gonad dan jenis kelamin umumnya  terpisah. Ikan memiliki ukuran dan jumlah telur yang  berbeda, tergantung tingkah laku dan habitatnya. Sebagian ikan memiliki jumlah telur banyak, namun berukuran kecil sebagai konsekuensi dari kelangsungan hidup yang rendah. Sebaliknya, ikan yang memiliki jumlah telur sedikit, ukuran butirnya besar, dan kadang-kadang memerlukan perawatan dari induknya, misal ikan nila (Oreochromis niloticus).
Berdasarkan morfologi, ikan Nila jantan memiliki ukuran sisik yang lebih besar dari pada ikan Nila betina. Alat kelamin ikan Nila jantan berupa Testis, Epididimis, Vas Deferen, Vas Efferens, Kelenjar Prostat dan testis berbentuk seperti tonjolan agak runcing yang berfungsi sebagai muara urin dan saluran sperma yang terletak di depan anus. Jika diurut, perut ikan Nila jantan akan mengeluarkan cairan bening (cairan sperma) terutama pada saat musim pemijahan. Sementara itu, ikan Nila betina mempunyai lubang genital terpisah dengan lubang saluran urin yang terletak didepan anus. Bentuk hidung dan rahang belakang ikan Nila jantan melebar dan berwarna biru muda. Pada ikan betina, alat reproduksinya adalah Fimbriae, Ovarium, dan Oviduk. Sirip punggung dan sirip ekor ikan Nila jantan berupa garis putus-putus. Sementara itu, pada ikan Nila betina, garisnya berlanjut (tidak putus) dan melingkar.
Gambar 1 : Perbedaan alat kelamin Nila jantan (kiri) dan Nila betina (kanan)
(Sumber : Suyanto, 2003)
Klasifikasi Ikan Nila.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Percormorphii
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Berdasarkan habitat tempat ikan memijah ada 4 yaitu :
·         Lithophil: memijah pada dasar perairan berbatu.
·         Psamophil: memijah pada dasar perairan berpasir.
·         Phelagophil: memijah pada perairan terbuka.
·         Phytophil: memijah pada tumbuhan.
Berdasarkan tipe-tipe reproduksi dan seksualitas, ikan dapat di bedakan menjadi 3 tipe, yaitu :
·         Biseksual : Biseksual dapat diartikan sebagai jenis ikan yang memiliki dua kelamin dalam satu spesies atau dengan kata lain dapat dibedakan menjadi jantan dan betina. Pembedaan ini dapat dilakukan dengan melihat ciri seksual primer dan sekundernya. Ciri seksual primer hanya bisa dilihat dengan melakukan pembedahan. Ciri seksual primer hanya dapat ditandai oleh organ yang berhubungan langsung dengan proses reproduksi; yaitu testis, saluran pada ikan jantan, dan ovarium saluranya pada ikan betina. Sedangkan ciri seksual sekunder dapat dibedakan oleh dimorfise seksual atau melihat ciri morfologi dari ikan tersebut dan dikromatisme seksual dengan melihat warna dari ikan tersebut.
·         Uniseksual : Uniseksual dapat diartikan sebagai organisme yang berkelamin tunggal. Pada beberapa spesies ikan penentuan kelamin lebih mudah dilakukan karena semua individu berkelamin betina. Contoh yang tepat mengenai fenomenan ini adalah kelompok ikan molly-amazon (Poecillia formosa) merupakan ikan yang ditemukan pertama kali sebagai ikan yang berkelamin betina. Molly-amazon bertindak sebagai parasit seksual terhadap dua spesies lain dari genus yang sama. Sperma dari jantan dari jenis ikan inang diperlukan untuk mengaktifkan perkembagan telur-telur Molly-amazon, tetapi penyatuan kromosom jantan dan betina tidak terjadi sehingga hanya terbentuk betina yang secara genetik seragam. Pembentukan keturunan uniseksual ini disebut dengan partenogenesis.
·         Hemaprodit : Hemaprodit dapat diartikan sebagai sebuah organisme yang memiliki kelamin ganda. Hermaprodit dapat dibedakan menjadi 3 tipe yaitu hemaprodit singkroni, hemaprodit protandi, dan hemaprodit protogini.
§  Hermaprodit singkroni adalah golongan ikan yang gonadnya terdapat sel kelamin jantan dan betina yang dapat aktif secara bersamaan.
§  Hemaprodit protandi adalah golongan ikan yang dalam hidupnya mengalami perubahan jenis kelamin dari jantan menjadi betina misalnya ikan black porgy, ikan ini pada umur tiga tahun berubah dari kelamin jantan ke betina.
§  Hermaprodit Protogini adalah golongan ikan yang dalam hidupnya mengalami perubahan dari jenis betina menjadi jantan misalnya Labroides dimidiatus.
Organ reproduksi ikan dinamakan gonad. Pada ikan jantan gonad disebut dengan testis, pada ikan betina disebut dengan ovarium.
·         Testis (gonad jantan) bersifat internal dan bentuknya memanjang (longitudinal) pada umumnya berpasangan. Beratnya bisa mencapai 12 % atau lebih dari bobot tubuhnya. Kebanyakan testis berwarna putih atau kekuningan.
·         Ovarium berbentuk longitudinal. Letaknya internal dan biasanya berjumlah sepasang. Jika dalam keadaan matang ovarium bisa mencapai 30-70% dari berat tubuhnya. Warnanya pun berbeda-beda, sebagian besar berwarna keputih-putihan dan menjadi kekuning-kuningan pada waktu matang. Kematangan testis dan ovarium dipengaruhi oleh umur, spesies dan, ukuran.
Berdasarkan tempat embrio berkembang dan tempat terjadinya pembuahan digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu:
1.      Ovivar (bertelur) : Golongan ikan yang mengeluarkan telur pada saat pemijahan, sebagian besar jenis ikan termasuk golongan ini.
2.      Vivipar (beranak) : Golongan ikan yang perkembangan embrionya berada dalam tubuh induknya dan perkembangan embrionya dipengaruhi oleh tali plasenta, contohnya beberapa ikan Elasmobranchii.
3.      Ovovivipar (bertelur beranak) : Golongan ikan yang perkembangan embrionya berada dalam tubuh, namun perkembangan embrionya tidak dipengaruhi oleh tali plasenta, namun oleh kuning telur, contohnya ikan rockfish (Scorpaenidae).
Ikan yang pembuahannya secara eksternal, ikan betina tidak mengeluarkan telur yang bercangkang, namun mengeluarkan ovum yang tidak akan berkembang lebih lanjut apabila tidak dibuahi oleh sperma. Ovum tersebut dikeluarkan dari ovarium melalui oviduk dan dikeluarkan melalui kloaka. Saat akan bertelur, ikan betina mencari tempat yang rimbun oleh tumbuhan air atau diantara bebatuan di dalam air. Bersamaan dengan itu, ikan jantan juga mengeluarkan sperma dari testis yang disalurkan melalui saluran urogenital (saluran kemih sekaligus saluran sperma) dan keluar melalui kloaka, sehingga terjadi fertilisasi didalam air.
Peristiwa ini terus berlangsung sampai ratusan ovum yang dibuahi melekat pada tumbuhan air atau pada celah-celah batu. Telur-telur yang telah dibuahi tampak seperti bulatan-bulatan kecil berwarna putih. Telur-telur ini akan menetas dalam waktu 24 – 40 jam. Anak ikan yang baru menetas akan mendapat makanan pertamanya dari sisa kuning telurnya, yang tampak seperti gumpalan di dalam perutnya yang masih jernih. Dari sedemikian banyaknya anak ikan, hanya beberapa saja yang dapat bertahan hidup. Sedangkan pada ikan yang pembuahannya secara internal, seperti hiu dan pari. Sel telur tetap dihasilkan oleh ovarium kemudian menuju oviduk untuk dibuahi dan selanjutnya akan melekat pada uterus hewan betina.



BAB V
KESIMPULAN
1.       Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunanya sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya
2.       Gonad adalah bagian dari organ reproduksi pada ikan yang  menghasilkan telur pada ikan betina dan sperma pada ikan jantan.
3.      Berdasarkan habitat tempat ikan memijah ada 4 yaitu : Lithophil, Psamophil, Phelagophil, Phytophil.
4.      Berdasarkan tipe-tipe reproduksi dan seksualitas, ikan dapat di bedakan menjadi 3 tipe, yaitu : Biseksual, Uniseksual, Hemaprodit.
5.      Hemaprodit dapat dibedakan menjadi 3 tipe yaitu hemaprodit singkroni, hemaprodit protandi, dan hemaprodit protogini.
6.      Berdasarkan tempat embrio berkembang dan tempat terjadinya pembuahan digolongkan menjadi 3 tipe, yaitu: Ovivar (bertelur), Vivipar (beranak) , Ovovivipar (bertelur beranak).
DAFTAR PUSTAKA
Asep, Muhammad. 2010. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Bogor
Elvyra, Roza. 2004. Aspek Habitat, Makanan dan Reproduksi Ikan Tilapia.
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Hasni. 2008. Pembenihan dan Pemasaran Pada Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta
Pulungan. 2004. Bentuk  Organ Pada Tubuh Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. UNRI. Pekanbaru
Satyani. 2001.Biologi Laut. PT Gramedia Utama. Jakakarta
Suyanto. 2003. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.

Uma, Laode. 2009. Buku Ajar Ikhtiologi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar