Rabu, 27 Desember 2017

Sistem Eksresi dan Osmoregulasi pada ikan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Osmoregulasi adalah upaya mengontrol keseimbangan air dan ion-ion antara tubuh dan lingkungannya atau suatu proses pengaturan tekanan osmosis. Hal ini penting dilakukan, terutama oleh organisme perairan karena harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan, membrane sel yang permeabel merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang bergerak cepat, perbedaan tekanan osmosis antara cairan tubuh dan lingkungan. Tanpa osmoregulasi maka ikan akan mati, ini karena osmoregulasi dapat mengontrol konsentrasi cairan dalam tubuh. Jika ikan tidak bisa mengatur proses osmosis dalam tubuhnya maka ikan akan mati, karena osmoregulasi sangat berfungsi dalam aspek kesehatan ikan.
            Konsep dasar homeostasis adalah pemeliharan suatu keadan stabil dan dinamis didalam lingkungan cairan internal untuk dapat mempertahankan semua faktor yang mempengaruhi komunikasi antar sel pada semua sel tubuh. Karena sel-sel tubuh tidak berkontak langsung dengan lingkungan luar, kelangsungan hidup sel bergantung pada pemeliharan cairan internal yang stabil yang berhubungan langsung dengan sel.
            Sistem Ekskresi adalah sistem pembuangan proses metabolisme tubuh berupa gas, cairan, dan padatan melalui kulit, ginjal, dan saluran pencernaan.  Sistem eksresi ikan seperti juga pada vertebrata lain, yang mempunyai banyak fungsi antara lain untuk regulasi kadar air tubuh, menjaga keseimbangan garam dan mengeliminasi sisa nitrogen hasil dari metabolisme protein.
1.2 Tujuan Praktikum                                        
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui sistem ekskresi dan osmoregulasi



BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Osmoregulasi adalah upaya mengontrol keseimbangan air dan ion–ion antara tubuh dan lingkungannya atau suatu proses pengaturan tekanan osmosis. Hal ini penting dilakukan, terutama oleh organisme perairan karena; (1) harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan; (2) membrane sel yang permeabel merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang bergerak cepat; (3) perbedaan tekanan osmosis antara cairan tubuh dan lingkungan. Tanpa osmoregulasi maka ikan akan mati, ini karena osmoregulasi dapat mengontrol konsentrasi cairan dalam tubuh. Jika ikan tidak bisa mengatur proses osmosis dalam tubuhnya maka ikan akan mati, karena osmoregulasi sangat berfungsi dalam aspek kesehatan ikan. Pengaturan terhadap tekanan membran cairan tubuh yang membran konstan adalah hal yang dibutuhkan ikan agar proses fisiologi di dalam tubuhnya berjalan normal. Pengaturan tersebut disebut dengan osmoregulasi. Organ yang berperan dalam proses osmoregulasi adalah ginjal, insang, kulit, usus dan beberapa organ khusus yang digunakan dengan berbagai cara (Fujaya, 1999).
Proses osmoregulasi yang terjadi adalah pengaturan konsentrasi ion-ion bukan konsentrasi cairan tubuh, dimana proses ini juga membutuhkan energi. Bila ikan air tawar dimasukkan dalam medium air laut maka yang akan terjadi adalah pemasukan air dalam tubuh ikan dari medium dan juga berusaha mengeluarkan sebagian garam-garam dari dalam tubuhnya. Bila ikan tidak dapat melakukan proses ini, maka sel-sel ikan akan pecah (turgor) dan jika terjadi sebaliknya ikan akan kekurangan cairan atau biasa disebut dehidrasi. Proses osmosis terjadi pada sel hidup di alam. Perubahan bentuk sel terjadi jika terdapat pada larutan yang berbeda. Sel yang terletak pada larutan isotonik, maka volumenya akan konstan. Dalam hal ini, sel akan mendapat dan kehilangan air yang sama. Banyak hewan-hewan laut cairan selnya bersifat isotonik dengan lingkungannya. Jika sel terdapat pada larutan yang hipotonik, maka sel tersebut akan mendapatkan banyak air, sehingga bisa menyebabkan lisis (pada sel hewan), atau turgiditas tinggi (pada sel tumbuhan). Sebaliknya, jika sel berada pada larutan hipertonik, maka sel banyak kehilangan molekul air, sehingga sel menjadi kecil dan dapat menyebabkan kematian. Pada hewan, untuk bisa bertahan dalam lingkungan yang hipotonik atau hipertonik, maka diperlukan pengaturan keseimbangan air, yaitu dalam proses osmoregulasi (Burhanuddin,  2008)
Homeostasis adalah kemampuan diri untuk beradaptasi terhadap lingkungan internal atau eksternal yang senantiasa berubah-ubah, atau suatu keadaan seimbang yang sifatnya dinamis, yang dipertahankan tubuh melalui pergeseran dan penyesuaian atau adaptasi terhadap ancaman yang berlangsung secara konstan. Proses homeostasis ini dapat terjadi apabila tubuh mengalamai stress sehingga tubuh secara alamiah akan melakukan mekanisme pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang seimbang. Homeostasis yang terdapat dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh suatu sistem endokrin dan saraf otonom. Selain dari proses homeostasis, metabolisme energi memainkan peran penting dalam kelangsungan hidup fungsi organisme, beserta adaptasi stres dan toleransinya. (Firdaus. 2011)
Menurut (Effendie, 2003) Regulasi ion dan air pada ikan, terjadi secara hipertonik, hipotonik atau isotonik tergantung pada perbedaan (lebih tinggi, lebih rendah atau sama) konsentrasi cairan tubuh dengan konsentrasi media hidupnya. Perbedaan tersebut dapat dijadikan sebagai strategi dalam menangani komposisi cairan ekstraselular dalam tubuh ikan. Untuk ikan-ikan potadrom yang bersifat hiperosmotik terhadap lingkungannya dalam proses osmoregulasi, air bergerak ke dalam tubuh dan ion-ion keluar ke lingkungan dengan cara difusi. Keseimbangan cairan tubuhnya dapat terjadi dengan cara meminum sedikit air atau bahkan tidak minum sama sekali. Kelebihan air dalam tubuhnya dapat dikurangi dengan membuangnya dalam bentuk urin. Untuk ikan-ikan oseanodrom yang bersifat hipoosmotik terhadap lingkungannya, air mengalir secara osmosis dari dalam tubuhnya melalui ginjal, insang dan kulit ke lingkungan, sedangkan ion-ion masuk ke dalam tubuhnya secara difusi. Sedangkan untuk ikan-ikan eurihalin, memiliki kemampuan untuk dengan cepat menyeimbangkan tekanan osmotik dalam tubuhnya dengan media (isoosmotik), namun karana kondisi lingkungan perairan tidak selalu tetap, maka proses ormoregulasi seperti halnya ikan potadrom dan oseanodrom tetap terjadi.
Secara umum kulit ikan merupakan lapisan kedap, sehingga garam di dalam tubuhya tidak mudah “bocor” ke dalam air. Satu-satunya bagian ikan yang berinteraksi dengan air adalah insang. Air secara terus-menerus masuk ke dalam tubuh ikan melalui insang. Proses ini secara pasif berlangsung melalui suatu proses osmosis yaitu terjadi sebagai akibat dari kadar garam dalam tubuh ikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungannya. Sebaliknya, garam akan cenderung keluar. Dalam keadaan normal proses ini berlangsung secara seimbang. Peristiwa pengaturan proses osmosis dalam tubuh ikan ini dikenal dengan sebutan osmoregulasi. Tujuan utama osmoregulasi adalah untuk mengontrol konsentrasi larutan dalam tubuh ikan. Apabila ikan tidak mampu mengontrol proses osmosis yang terjadi, ikan yang bersangkutan akan mati, karena akan terjadi ketidakseimbangan konsentrasi larutan tubuh yang akan berada di luar batas toleransinya. (Saanin, 2008)
Menurut (Fujaya, 2004) Ada tiga pola regulasi ion dan air, yakni Regulasi Hipertonik atau Hiperosmotik, yaitu pengaturan secara aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih tinggi dari konsentrasi media, misalnya pada Potadrom (ikan air tawar). Regulasi hipotonik atau hipoosmotik, yaitu pengaturan secara aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih rendah dari konsentrasi media, misalnya pada oseandrom (ikan air laut). Regulasi isotonik atau isoosmotik, yaitu bila konsentrasi cairan tubuh sama dengan konsentrasi media, misalnya ikan-ikan yang hidup pada daerah estuari. Organ yang berperan dan berfungsi pada proses osmoregulasi yaitu Insang, pada insang sel-sel yang berperan dalam osmoregulasi adalah sel-sel chloride yang terletak pada dasar lembaran-lembaran insang. Ginjal, melakukan dua fungsi utama pertama, mengekskresikan sebagian besar produk akhir metabolisme tubuh, dan kedua, mengatur konsentrasi cairan tubuh. Usus, Meminum air laut adalah sumber utama air pada teleostei oseanodrom untuk mengembalikan air yang hilang melalui difusi insang, ginjal, dan mungkin pula melalui kulit.
Menurut (Zonneveld, 2010) Dalam Osmoregulasi terdapat dua istilah yaitu Euryhaline dan Stenohaline. Euryhaline adalah kemampuan organisme terhadap keadaan perubahan salinitas yang tinggi. Ikan yang tergolong dalam Euryhaline adalah salah satunya ikan nila. Stenohaline adalah tingkat adaptasi yang sempit terhadap salinitas yang tinggi. Contoh organisme yang bersifat Stenohaline salah satunya adalah ikan mas. Tubuh ikan dapat merespon perubahan lingkungan karena dilengkapi alat penerima rangsang (indra), baik fisik maupun kimia. Misalnya mata, bertugas untuk menentukan perubahan cahaya, linea lateralis merekam perubahan arus dan gelombang, telinga dalam merekam perubahan arah dan gravitasi, indra pembau dan pengecap. Perubahan lingkungan yang direkam alat indera tersebut dilaporkan ke otak untuk selanjutnya dilakukan penyesuaian dengan cara perubahan tingkah laku atau metabolisme untuk mengatasi gangguan keseimbangan.




BAB III
PEMBAHASAN
Ikan memiliki kecenderungan untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya, respon ikan terhadap lingkungan hiperosmotik, hipoosmotik dan isoosmotik ini bahwa setiap ikan dari jenis berbeda akan memiliki reaksi yang berbeda dengan ikan yang lainnya. Ikan air tawar atau yang biasa disebut dengan potadromus adalah ikan yang tergolong hiperosmotik, yaitu suatu keadaan dimana konsentrasi didalam tubuh ikan lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungan, oleh karena itu untuk menyeimbangkan tekanan osmotiknya ikan air tawar sedikit atau tidak sama sekali minur air dan banyak mengeluarkan urin, sehingga urin ikan air tawar lebih encer.
Secara umum proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan  untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya melalui mekanisme pengaturan tekanan osmosis. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu banyak air maka ia akan pecah, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan mengerut dan mati. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup. Hal ini penting dilakukan terutama oleh organisme perairan karena :
·         Harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan.
·         Membran sel yang merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang bergerak cepat.
·         Adanya perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dan lingkungan.
Dalam proses inti osmoregulasi, terjadi suatu peristiwa osmosis, dimana perpindahan cairan yang encer ke cairan yang pekat sehingga akan tercipta suatu kondisi konsentrasi yang sama dan  disebut dengan  isotonis. Isotonis adalah dua macam larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama (isoosmotik). Pada kondisi Osmoregulasi: isotonis adalah tekanan osmotik dua macam cairan misal, tekanan osmotik antara cairan tubuh dan air laut dalam keadaan normal, cairan akan mengalir dari cairan yang encer menuju cairan yang pekat. Agar tidak mengalir dari cairan yang encer ke cairan yang pekat, maka diberikan tekanan dengan besaran tertentu, dan tekanan ini disebut dengan tekanan osmotik (besarnya tekanan yang diperlukan untuk mencegah aliran cairan encer ke bagian pekat).
Tekanan osmotik sama dengan konsentrasi osmotik, sehingga apabila tekanan osmotik tinggi, maka larutan konsentrasi osmotik juga akan tinggi. Sehingga akan diperoleh larutan yang Hiperosmotik (larutan yang mempunyai konsentrasi osmotik lebih tinggi dari pada larutan yang lain) dan larutan yang Hipoosmotik (larutan yang memiliki konsentrasi osmotik lebih rendah dari pada larutan lainnya.) Untuk organisme akuatik, proses tersebut digunakan sebagai langkah untuk menyeimbangkan tekanan osmosis antara substansi dalam tubuhnya dengan lingkungan melalui sel yang permeabel. Semakin jauh perbedaan tekanan osmotik antara tubuh dan lingkungan, semakin banyak energi metabolisme yang dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi, hingga batas toleransi yang dimilikinya.
Regulasi ion dan air pada ikan terjadi hipertonik, hipotonik atau isotonik tergantung pada perbedaan (lebih tinggi, lebih rendah atau sama) konsentrasi cairan tubuh dengan konsentrasi media. Ada 3 pola regulasi ion dan air yakni :
·                Regulasi Hipertonik atau Hiperosmotik, yaitu pengaturan aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih tinggi dari konsentrasi lingkungan,misalnya pada petadrom (Ikan air tawar), mempertahankan konsentrasi cairan tubuhnya dengan mengurangi minum dan memperbayak urin.
·                Regulasi Hipotenik atau Hipoosmotik, yaitu pengaturan secara aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih rendah dari konsentrasi lingkungan, misalnya pada oseandrom (Ikan air laut), meperbanyak minum dan mengurangi volume urin.
·                Regulasi Isotonik atau Isoosmotik, yaitu bila konsentrasi cairan tubuh sama dengan konsentrasi lingkungan, misalnya ikan yang hidup pada daerah estuari. Diadrom, melakukan aktivitas osmoregulasi seperti potadrom bila berada di air tawar dan seperti oseanodrom bila berada di air laut.
Organ-organ yang berperan dan berfungsi pada proses osmoregulasi yaitu :
·         Insang, pada insang sel-sel yang berperan dalam osmoregulasi adalah sel-sel chloride yang terletak pada dasar lembaran-lembaran insang.
·         Ginjal, melakukan dua fungsi utama: pertama, mengekskresikan sebagian besar produk akhir metabolisme tubuh, dan kedua, mengatur konsentrasi cairan tubuh.
·         Usus, Meminum air laut adalah sumber utama air pada teleostei oseanodrom untuk mengembalikan air yang hilang melalui difusi insang, ginjal, dan mungkin pula melalui kulit.
Dalam osmoregulasi terdapat dua istilah yaitu euryhaline dan stenohaline. Euryhaline adalah kemampuan suatu organisme terhadap keadaan perubahan salinitas yang tinggi. Ikan yang tergolong dalameuryhaline adalah salah satunya ikan nila. Stenohaline adalah tingkat adaptasi yang sempit terhadap salinitas yang tinggi. Contoh organisme yang bersifat stenohaline salah satunya adalah ikan nila. Tubuh ikan dapat merespon perubahan lingkungan karena dilengkapi alat penerima rangsang (indra), baik fisik maupun kimia. Misalnya mata, bertugas untuk menentukan perubahan cahaya, linea lateral merekam perubahan arus dan gelombang, telinga dalam merekam perubahan arah dan gravitasi, indra pembau dan pengecap. Perubahan lingkungan yang direkam alat indra tersebut dilaporkan ke otak untuk selanjutnya dilakukan penyesuaian dengan cara perubahan tingkah laku atau metabolisme untuk mengatasi gangguan keseimbangan.
Konsep dasar homeostasis adalah pemeliharan suatu keadan stabil dan dinamis didalam lingkungan cairan internal untuk dapat mempertahankan semua faktor yang mempengaruhi komunikasi antar sel pada semua sel tubuh. Karena sel-sel tubuh tidak berkontak langsung dengan lingkungan luar, kelangsungan hidup sel bergantung pada pemeliharan cairan internal yang stabil yang berhubungan langsung dengan sel. Sistem Ekskresi adalah sistem pembuangan proses metabolisme tubuh berupa gas, cairan, dan padatan melalui kulit, ginjal, dan saluran pencernaan.  Sistem eksresi ikan seperti juga pada vertebrata lain, yang mempunyai banyak fungsi antara lain untuk regulasi kadar air tubuh, menjaga keseimbangan garam dan mengeliminasi sisa nitrogen hasil dari metabolisme protein.
BAB IV
KESIMPULAN
1.      Osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan  untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya melalui mekanisme pengaturan tekanan osmosis.
2.      Homeostasis adalah kemampuan diri untuk penyesuaian atau adaptasi terhadap ancaman yang berlangsung secara konstan.
3.      Sistem Ekskresi adalah sistem pembuangan proses metabolisme tubuh berupa gas, cairan, dan padatan melalui kulit, ginjal, dan saluran pencernaan.
4.      Semakin jauh perbedaan tekanan osmose antara tubuh dan lingkungan, semakin banyak energi metabolisme yang dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi.
5.      Organ yang berperan dalam proses osmoregulasi adalah ginjal, insang, kulit, usus.
6.      Regulasi ion dan air pada ikan terjadi secara hipertonik, hipotonik dan isotonik.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, A Iqbal. 2008. Ikhtiologi. Yayasan Citra Emulsi. Makassar.
Effendie, H. 2003. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.
Firdaus. 2011. Budidaya Perikanan. Tira Pustaka. Jakarta.
Fujaya, Y. 1999. Fisiologi Ikan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka
Cipta. Jakarta.
Saanin, H. 2008. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid I dan II. Bina Cipta.
Bandung.

Zonneveld, 2010. Anatomi Ikan. PT Intermasa. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar