Rabu, 27 Desember 2017

Sistem hormon dan Sistem Koordinasi pada ikan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin atau kelenjar buntu yang mempunyai efek tertentu pada aktivitas organ – organ lain dalam tubuh. Kelenjar ini merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran sehingga sekresinya akan masuk aliran darah dan mengikuti peredaran darah. Apabila sampai pada suatu organ maka hormone akan merangsang terjadinya perubahan. Hormon yang paling dikenal adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin vertebrata, walaupun demikian, hormon dihasilkan oleh hampir semua sistem organ dan jenis jaringan pada tubuh hewan. Molekul hormon dilepaskan langsung ke aliran darah. Walaupun demikian, ada juga hormon yang disebut Ektohormon yaitu hormon yang tidak langsung dialirkan dalam darah, melainkan melalui sirkulasi atau difusi ke sel target.
            Sistem saraf adalah sebagai sistem koordinasi untuk mengantisipasi perubahan kondisi lingkungan dan perubahan status kehidupan (reproduksi). Perubahan lingkungan akan diinformasikan ke sistem saraf (saraf pusat), saraf akan merangsang kelenjar endokrin untuk mengeluarkan hormon-hormon yang hormon dikirim ke organ target dan aktivitas metabolisme dibutuhkan  akan merangsang jaringan-jaringan.
Sistem saraf pada ikan mempunyai tiga macam peranan vital, yaitu: Orientasi terhadap lingkungan luar, menerima stimulus dari luar dan meresponnya, mengatur agar kerja sekalian membran dalam tubuh bersesuaian, dengan bantuan kerja kelenjar endokrin dan tempat ingatan dan kecerdasan (khusus vertebrata tingkat tinggi). Peranan ini semua disempurnakan oleh saraf, medulla spinalis, dan otak, dibantu oleh organ indra sebagai reseptor, dan otot serta kelenjar sebagai efektor.
            1.2 Tujuan Praktikum                                        
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui Sistem hormon dan Koordinasi pada ikan
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Sistem saraf adalah sebagai sistem koordinasi untuk mengantisipasi perubahan kondisi lingkungan dan perubahan status kehidupan (reproduksi). Perubahan lingkungan akan diinformasikan ke sistem saraf (saraf pusat), saraf akan merangsang kelenjar endokrin untuk mengeluarkan hormon-hormon yang dikirim ke organ target dan aktivitas metabolisme dibutuhkan  akan merangsang jaringan-jaringan. Saraf adalah organ yang paling dulu dibentuk dari lapisan terluar (exoderm) yang berfungsi sebagai penghubung. Sistem saraf bersama-sama dengan sistem hormonal mengatur peranan penting dalam proses koordinasi dan pengaturan semua aktivitas yang berlangsung dalam tubuh. Perbedaannya adalah bahwa koordinasi dan pengaturan melalui saraf berjalan relative cepat jika dibandingkan melalui sistem hormonal. (Alamsjah, 1974)
Sistem saraf pada vertebrata mempunyai tiga macam peranan vital yaitu: Orientasi terhadap lingkungan luar, menerima stimulus dari luar dan meresponnya mengatur agar kerja sekalian sistem dalam tubuh bersesuaian, dengan bantuan kerja kelenjar endokrin dan tempat ingatan dan kecerdasan (khusus vertebrata tingkat tinggi). Peranan ini semua disempurnakan oleh syaraf, medulla spinalis, dan otak, dibantu oleh organ indra sebagai reseptor, dan otot serta kelenjar sebagai efektor. (Rahardjo, 1977)
Pusat koordinasi saraf terdapat pada otak dan sumsum tulang belakang yang menyampaikan perintah melalui impuls syaraf yang dibawa oleh saraf motoris ke organ-organ efektor, dan sebaliknya, otak akan menerima informasi melalui sinyal-sinyal yang dibawa oleh saraf sensoris dari reseptor. Dalam menjalarkan impuls baik yang berasal dari saraf pusat ke efektor, maupun dari reseptor ke otak dibantu oleh adanya neurotransmitter yang bekerja pada sinapsy sebagai titik temu antara dua neuron. Neuron atau sel saraf hanyalah merupakan satuan/unit struktural, sedangkan unit fungsionalnya merupakan apa yang disebut lengkung refleks yang terdiri atas syaraf pusat sebagai pusat koordinasi, saraf sensoris, saraf motoris, efektor dan reseptor.  (Zonneveld, 2010)
Ikan menerima rangsangan dari lingkungan melalui organ perasa. Rangsangan tersebut selanjutnya diteruskan dalam bentuk impuls ke otak. Respon yang diberikan oleh otak dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku. Sel-sel saraf mulai berkembang sejak permulaan embrio dan berasal dari lapisan germinal terluar (ectoderm). Unit terkecil dari system saraf ialah sel saraf (neuron), yang terdiri dari badan sel yang berinti dan penjuluran plasma dari badan sel sebanyak dua atau lebih. Penjuluran plasma yang pendek dinamakan denrite, yang berfungsi sebagai penerima impuls. Sedangkan penjuluran plasma yang panjang dinamakan neurit atau axon, yang berfungsi untuk meneruskan impuls yang diterima. Setiap neuron dibungkus oleh selaput yang dinamakan selaput myelin, agar impuls yang melalui denrite atau neurite tidak terpencar ke luar. Tempat terjadinya hubungan antara neurit dan denrite dinamakan synapse. (Bond, 1979)
Sistem endokrin disusun oleh kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin mensekresikan senyawa kimia yang disebut hormon. Hormon merupakan senyawa protein/senyawa steroid yang mengatur kerja proses fisiologis tubuh. Hormon bekerja sama dengan system syaraf untuk mengatur pertumbuhan, dan tingkah keseimbangan internal, reproduksi dan tingkah laku. Kedua sistem tersebut mengaktifkan sel untuk berinteraksi satu sama lain dengan menggunakan messenger kimia. Kelenjar endokrin menggunakan messenger kimia yaitu hormon yang diedarkan oleh sistem trasnportasi (darah), dan mempengaruhi sel target yang ada diseluruh. Kerja sistem endokrin lebih lambat dibandingkan dengan sistem syaraf, sebab untuk mecapai sel target hormon harus mengikuti aliran sistem transportasi. Sel target memiliki reseptor sebagai alat khusus untuk mengenali rangsang. Ikatan antara reseptor dengan hormon didalam atau diluar sel target, menyebabkan terjadinya respon pada sel target. Mesenger kimia dalam sistem neuron adalah Neurotransmitter. Neurotransmitter bergerak dalam sel saraf dan pindah ke sel saraf berikutnya melalui celah sinapsis, hingga sampai pada reseptor sel target (Fujaya, 1999)
Kelenjar endokrin adalah kelenjar yang mengeluarkan hasil sekresinya tidak melalui saluran pengeluaran, melalui difusi ke pembuluh darah. Karena tidak memiliki saluran pengeluaran khusus, kelenjar endokrin biasa disebut dengan kelenjar buntu. Sekresi dari kelenjar buntu adalah hormon. Hormon adalah senyawa kimia tertentu yang dapat mempengaruhi metabolisme tubuh. Bagian tubuh yang dipengaruhi oleh hormon disebut daerah sasaran atau organ sasaran. Daerah sasaran hormon bisa sangat luas (meliputi hampir seluruh bagian tubuh), namun ada juga yang spesifik terhadap organ tertentu saja.
Kelenjar endokrin ikan mencakup suatu sistem yang mirip dengan vertebrata yang lebih tinggi tingkatannya. Namun, ikan memiliki beberapa jaringan endokrin yang tidak didapatkan pada vertebrata yang lebih tinggi. Kerja hormon menyerupai kerja syaraf, yaitu mengontrol dan mengatur keseimbangan kerja organ-organ di dalam tubuh. Namun, kontrol kerja syaraf lebih cepat dibanding dengan kontrol endokrin. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berasal dari ektodermal adalah protein, peptida, atau derivat dari asam-asam amino, dan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berasal dari mesodermal (gonad, korteks ardenal) berupa steroid.  Ikan memiliki beberapa kelenjar endokrin, antara lain Pituitari, Tiroid, Gonad, Pankreas, Ultimobrancial, Paratiroid, Adrenal Korteks, Stanius, Cromafin dan Pineal. (Saanin, 2008)





BAB III
PEMBAHASAN
Sistem endokrin disusun oleh kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin mensekresikan senyawa kimia yang disebut hormon. Hormon merupakan senyawa protein/senyawa steroid yang mengatur kerja proses fisiologis tubuh. Hormon bekerja sama dengan system syaraf untuk mengatur pertumbuhan, dan tingkah keseimbangan internal, reproduksi dan tingkah laku. Kedua sistem tersebut mengaktifkan sel untuk berinteraksi satu sama lain dengan menggunakan messenger kimia. Kelenjar endokrin menggunakan messenger kimia yaitu hormon yang diedarkan oleh sistem trasnportasi (darah), dan mempengaruhi sel target yang ada diseluruh. Kerja sistem endokrin lebih lambat dibandingkan dengan sistem syaraf, sebab untuk mecapai sel target hormon harus mengikuti aliran sistem transportasi. Sel target memiliki reseptor sebagai alat khusus untuk mengenali rangsang. Ikatan antara reseptor dengan hormon didalam atau diluar sel target, menyebabkan terjadinya respon pada sel target. Mesenger kimia dalam sistem neuron adalah Neurotransmitter. Neurotransmitter bergerak dalam sel saraf dan pindah ke sel saraf berikutnya melalui celah sinapsis, hingga sampai pada reseptor sel target
Kelenjar endokrin adalah kelenjar yang mengeluarkan hasil sekresinya tidak melalui saluran pengeluaran, melalui difusi ke pembuluh darah. Karena tidak memiliki saluran pengeluaran khusus, kelenjar endokrin biasa disebut dengan kelenjar buntu. Sekresi dari kelenjar buntu adalah hormon. Hormon adalah senyawa kimia tertentu yang dapat mempengaruhi metabolisme tubuh. Bagian tubuh yang dipengaruhi oleh hormon disebut daerah sasaran atau organ sasaran. Daerah sasaran hormon bisa sangat luas (meliputi hampir seluruh bagian tubuh), namun ada juga yang spesifik terhadap organ tertentu saja.
Kelenjar endokrin ikan mencakup suatu sistem yang mirip dengan vertebrata yang lebih tinggi tingkatannya. Namun, ikan memiliki beberapa jaringan endokrin yang tidak didapatkan pada vertebrata yang lebih tinggi. Kerja hormon menyerupai kerja syaraf, yaitu mengontrol dan mengatur keseimbangan kerja organ-organ di dalam tubuh. Namun, kontrol kerja syaraf lebih cepat dibanding dengan kontrol endokrin. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berasal dari ektodermal adalah protein, peptida, atau derivat dari asam-asam amino, dan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berasal dari mesodermal (gonad, korteks ardenal) berupa steroid. Menurut (Fujaya, 2004) Ikan memiliki beberapa kelenjar endokrin, antara lain Pituitari, Tiroid, Gonad, Pankreas, Ultimobrancial, Paratiroid, Adrenal Korteks, Stanius, Cromafin dan Pineal.
  1. Pituitari
Kelenjar pituitari atau hipofisa terletak pada lekukan tulang di dasar otak (sela tursika), terdiri atas dua bagian utama, yakni adenohipofisa dan neurohipofisa, adeno hipofisa terdiri atas parsdistalis dan parsintermedia, sedangkan, neurohipofisa hanya terdiri atas parsnervosa yang berfungsi mensekresikan ocytoxin, arginin vasotocin dan isotocin. Pars distalis merupakan bagian utama adenohipofisa yang menghasilkan sel-sel pesekresi hormon prolaktin, hormon adrenocorticotropic (ACTH), hormon pelepas tiroid (Thyroid Stimulating Hormone), hormon pertumbuhan (STH-Somatotropin), dan gonadotropin serta parsintermedia mensekresi hormon pelepas melanosit (Melanocyte Stimulating Hormone), yang mana pelepasan hormonnya diatur oleh faktor-faktor yang berasal dari hipotalamus.
  1. Tiroid
Kelenjar tiroid mempunyai karakteristik utama, yakni pertama, unit dasar histologisnya adalah sel tunggal yang dikelilingi folikel dan kedua, jaringan yang dibentuknya memiliki kemampuan mengubah iodine dan inkorporasi menjadi hormon tiroid. Pada ikan, folikel tersebar disekitar ventral aorta dan percabangannya ke insang. Tirotrofin pituitari merupakan faktor utama yang mengontrol fungsi tiroid dibawah kondisi normal, fungsi tiroid adalah membuat menyimpan dan mengeluarkan sekresi yang terutama berhubungan dengan pengaturan laju metabolisme.
Sintesis dan pengeluaran hormon tiroid secara otomatis diatur untuk memenuhi tuntutan kadar hormon dalam darah lewat mekanisme feedback hipotalamus.  Bila kadar hormon tiroid yang beredar dalam darah tinggi makan akan menekan output TSH pituitari, sedangkan kadar rendah menaikkannya. Hormon tiroid yang penting adalah tetraiodotironin (T4) dan triiodotironin (T3). Hormon ini penting dalam pertumbuhan, metamorfosis dan reproduksi. Secara spesifik tiroksin menambah produksi energi dan konsumsi oksigen pada jaringan yang normal, mempunyai pengaruh anabolik dan katabolik terhadap protein, meningkatkan proses oksidasi dalam tubuh, mempercepat laju penyerapan monosakarida dari saluran pencernaan, meningkatkan glikogenolisis hati, dan diduga mengontrol pelepasan somatotropin, kortikotropin dan gonadotropin dari hipofisis.
  1. Pankreas
Pankreas adalah suatu kelenjar yang majemuk yang terdiri atas jaringan eksokrin dan endokrin.  Komponen eksokrin mensekresikan getah pankreas yang dicurahkan ke dalam duodenum lewat saluran pankreas, sedangkan komponen endokrin (pulau langerhans) membebaskan hormonnya secara langsung kedalam sirkulasi darah.  Pada semua vertebrata, terdapat tiga sel-sel pulau yang memliki fungsi independen: sel-sel A, menghasilkan glukagon; sel-sel B, menghasilkan insulin; dan sel-sel C belum diketahui secara jelas hormon yang dihasilkannya, namun bebeapa peneliti mengemukakan bahwa hormon tersebut identik dengan somatostatin dan secara khusus berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan (Fujaya, 2004).
  1. Gonad
Gonad merupakan kelenjar endokrin yang dipengaruhi oleh gonadotropin hormon (GtH) yang disekresikan kelenjar pituitari. Meskipun gonadotropin tidak secara langsung mempengaruhi perkembangan telur atau sperma ikan, namun mempengaruhi sekresi estrogen oleh sel folikel telur dan androgen oleh jaringan testis.  Estrogen  yang umum didapatkan dalam cairan ovarium teleostei adalah estradiol -17β yang merupan derivat dari 17α hydroxyprogesterone, sedangkan androgen yang umum disintesis adalah testosteron. Organ target estrogen adalah sel-sel hati.  Pada hati, estradiol berperan membawa pesan agar vitelogenin segera disintesis. Vitelogenin adalah bahan baku kuning telur yang di sekresi sel-sel hati dan dibawa ke gonad oleh darah. Sedangkan 17α hydroxyprogesterone terutama berperan pada akhir pematangan gonad untuk merangsang ovulasi



5.      Kelenjar Ultimobranchial
Pada teleostei, kelenjar ultimobranchial terletak pada septum pemisah antara rongga abdomen dan sinus venosus, tampak sebagai pita berwarna putih pada septum. Kelenjar ini serupa dengan paratiroid pada bertebrata tingkat tinggi, tetapi tidak berupa folikel, malainkan menyebar pada septum. Kalsitonin merupakan hormon yang disekresikan oleh kelenjar ultimobranchial.  Hormon ini berperanan menurunkan kadar kalsium darah.  Beberapa kajian juga menunjukkan bahwa kalsitonin dapat melakukan peranan dalam membuat ikan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan hidromineral yang berubah-ubah.
6.      Kelenjar Parathyroid
Bagian sekresi dari kelenjar parathyroid berdiferensiasi dari epitel kantong farings ketiga dan keempat. Ini berarti kantong-kantong farings mempunyai andil dalam pembentukan jaringan kelenjar. Hormon parathyroid adalah polipetida yang dinamakan parathormon yang berfungsi mengatur kadar kalsium, dan sedikit menentukan kadar fosfor di dalam darah. Kalsium akan menghilang jika dari darah dan terjadi kejang otot jika hormon ini tidak ada. Jaringan kelenjar pada Cylostomata dan bangsa ikan, yang homolog dengan parathyroid telah ditemukan, namum fungsinya belum diketahui pasti.
7.      Jaringan Chromaffin 
Jaringan ini banyak tersebar di dalam badan beberapa vertebrata. Sel-sel chromaffin pada ikan bertulang sejati tersebar di sepanjang vena poscardinalis dan dimungkinkan perluasannya tercampur dengan sel interrenal. Jaringan chromaffin pada Elasmobranchii menyatu dengan saraf simpathetic dan aorta dorsalis, terletak didepan jaringan interenalChromaffin dan jaringan medulla dimasuki serabut preganglion dari sistem saraf otonom. Saraf ini dan kelenjar endokrin Adrenal medulla, keduanya sebagai derivat endokterm dari neural krest embrio, dan semuanya menggetahkan adrenalin dan non adrenalin. Jaringan ini mensekresikan adrenalin mengadakan respon terhadap hormon ini dalam berbagai cara, seperti menaikkan kadar gula dalam darah dan menaikkan tekanan darah, konsentrasi melanin dalam melanophora, serta merintangi otot polos. Kerja hormon ini menyerupai sistem kerja saraf simpathetic, yang mana hormon ini sangat erat hubungannya. Distribusi jaringan chromaffin di dalam tubuh dapat terletak di dekat tetapi terpisah dari jaringan organ interenal, dapat juga tercampur dengan jaringan interrenal atau korteks adrenal. 
8.      Jaringan Internal (Adrenal Cortex) 
Pada ikan Osteichthyes, jaringan yang ekivalen atau homolog dengan adrenal cortex atau pada vertebrata tingkat tinggi. Strukturnya sama dengan gonad dalam hal produksi hormonnya yang mengandung steroid, dan asal-usul embriologinya. Jaringan korteksnya merupakan derivat dari mesoderm yang membatasi rongga solom dekat tempat berasalnya pematang genital. Pada elasmobranchia jaringan ini bentuknya memanjang terletak pada bagian belakang ginjal. Sedangkan pada kelompok-kelompok sel yang tersebar di sepanjang vena cardinalis. Sel-sel yang menyerupai sel adrenocortical didapatkan pada dinding vena cardinalis ikan lamprey. Jaringan interenal mensekresikan hormon adrenocorticosteroid yang mengontrol proses osmoregulasi dengan cara mempengaruhi ginjal, insang dan saluran gastrointestinal, dan mempengaruhi metabolisme protein dan karbohidrat. Jaringan interenal pada Cyclostomata, tersebar sepanjang vena cardinalis posterior dan vena lainnya. Pada Teleostei jaringan interenal menyebar, tetapi selalu membentuk bintik-bintik noda yang terdapat di dekat atau pada kepala ginjal.
9.      Badan Pineal 
Organ pineal pada puncak otak atau pada bagian atas dienchepalon merupakan fotoreseptor. Sekresi yang dihasilkan oleh badan pineal adalah melatonin yang mengumpulkan melanin. Bila jaringan ini dihilangkan maka akan membawa perubahan dalam pertumbuhan. Ikan terutama Teleostei, pada ekornya terdapat pembengkakan ventral pada medulla spinalisnya. Secara histologis, pembengkakan ini mempunyai kesamaan dengan neurohypophyse dan dinamakan urohypophysa. Pembengkakan ini diperkirakan mempunyai fungsi endokrin, dalam hal mengatur tekanan osmose didalam tubuh.
10.  Badan Stanius 
Kelenjar ini memilik fungsi sebagai kelenjar endokrin yang sekresi sekresinya diduga ikut dalam proses penyesuaian tekanan osmotik lingkungan dengan tekanan osmotik cairan tubuh pada ikan (osmoregulasi).
Sistem saraf adalah sebagai sistem koordinasi untuk mengantisipasi perubahan kondisi lingkungan dan perubahan status kehidupan (reproduksi). Perubahan lingkungan akan diinformasikan ke sistem saraf (saraf pusat), saraf akan merangsang kelenjar endokrin untuk mengeluarkan hormon-hormon yang dikirim ke organ target dan aktivitas metabolisme dibutuhkan  akan merangsang jaringan-jaringan. Saraf adalah organ yang paling dulu dibentuk dari lapisan terluar (exoderm) yang berfungsi sebagai penghubung. Sistem saraf bersama-sama dengan sistem hormonal mengatur peranan penting dalam proses koordinasi dan pengaturan semua aktivitas yang berlangsung dalam tubuh. Perbedaannya adalah bahwa koordinasi dan pengaturan melalui saraf berjalan relative cepat jika dibandingkan melalui sistem hormonal.
Sistem saraf pada vertebrata mempunyai tiga macam peranan vital yaitu: Orientasi terhadap lingkungan luar, menerima stimulus dari luar dan meresponnya mengatur agar kerja sekalian sistem dalam tubuh bersesuaian, dengan bantuan kerja kelenjar endokrin dan tempat ingatan dan kecerdasan (khusus vertebrata tingkat tinggi). Peranan ini semua disempurnakan oleh syaraf, medulla spinalis, dan otak, dibantu oleh organ indra sebagai reseptor, dan otot serta kelenjar sebagai efektor.
Pusat koordinasi saraf terdapat pada otak dan sumsum tulang belakang yang menyampaikan perintah melalui impuls syaraf yang dibawa oleh saraf motoris ke organ-organ efektor, dan sebaliknya, otak akan menerima informasi melalui sinyal-sinyal yang dibawa oleh saraf sensoris dari reseptor. Dalam menjalarkan impuls baik yang berasal dari saraf pusat ke efektor, maupun dari reseptor ke otak dibantu oleh adanya neurotransmitter yang bekerja pada sinapsy sebagai titik temu antara dua neuron. Neuron atau sel saraf hanyalah merupakan satuan/unit struktural, sedangkan unit fungsionalnya merupakan apa yang disebut lengkung refleks yang terdiri atas syaraf pusat sebagai pusat koordinasi, saraf sensoris, saraf motoris, efektor dan reseptor.
Ikan menerima rangsangan dari lingkungan melalui organ perasa. Rangsangan tersebut selanjutnya diteruskan dalam bentuk impuls ke otak. Respon yang diberikan oleh otak dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku. Sel-sel saraf mulai berkembang sejak permulaan embrio dan berasal dari lapisan germinal terluar (ectoderm). Unit terkecil dari system saraf ialah sel saraf (neuron), yang terdiri dari badan sel yang berinti dan penjuluran plasma dari badan sel sebanyak dua atau lebih. Penjuluran plasma yang pendek dinamakan denrite, yang berfungsi sebagai penerima impuls. Sedangkan penjuluran plasma yang panjang dinamakan neurit atau axon, yang berfungsi untuk meneruskan impuls yang diterima. Setiap neuron dibungkus oleh selaput yang dinamakan selaput myelin, agar impuls yang melalui denrite atau neurite tidak terpencar ke luar. Tempat terjadinya hubungan antara neurit dan denrite dinamakan synapse.
Menurut (Helfman, 1997) Sistem saraf pada vertebrata dapat dibedakan atas:
a)      Sistem saraf pusat:  (systema nervorum centrale), disusun oleh otak
(encephalon) dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis).
b)      Sistem saraf tepi (systema nervorum periphericum), disusun oleh saraf
otak (nervi cerebralis) dan saraf spinal (nervi spinalis).
c)      Sistem saraf otonom disusun oleh sistem saraf parasymphatic dan sistem
saraf symphatic.
d)     Organ perasa khusus (special sense organs), terdiri atas organ gurat sisi
(linea lateralis), hidung, telinga, dan mata.
2)      Jenis-jenis Saraf berdasarkan pada fungsi organ yang dirangsang, saraf dapat digolongkan atas:
a)      Saraf cerebrospinalis, yaitu saraf yang merangsang otot bergaris (striated
muscle).
b)      Saraf otonom (vegetatif), yaitu saraf yang merangsang jantung (cardiac
muscle), urat daging licin (smooth muscle), dan kelenjar-kelenjar.
3)      Berdasarkan fungsi dari rangsang itu sendiri, saraf dapat digolongkan atas:
a)      Saraf sensibel (afferent), yaitu saraf yang meneruskan rangsang dari
perifer (sistem saraf tepi) ke pusat (sistem saraf pusat).
b)      Saraf motoris (efferent), yaitu saraf yang meneruskan rangsang dari pusat
ke perifer.
c)      Saraf penghubung, yaitu saraf yang menghubungkan antara jenis saraf
yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara saraf sensibel dengan saraf motoris.



BAB IV
KESIMPULAN
1.      Sistem endokrin disusun oleh kelenjar-kelenjar endokrin
2.      Kelenjar endokrin mensekresikan senyawa kimia yang disebut hormon
3.      Hormon merupakan senyawa protein atau senyawa steroid yang mengatur kerja proses fisiologis tubuh
4.      Ikan memiliki beberapa kelenjar endokrin, antara lain: Pituitari, Tiroid, Gonad, Pankreas, Ultimobrancial, Paratiroid, Adrenal Korteks, Stanius, Cromafin dan Pineal.
5.      Sistem saraf adalah sebagai sistem koordinasi untuk mengantisipasi perubahan kondisi lingkungan dan perubahan status kehidupan.
6.      Sistem saraf pada vertebrata dapat dibedakan yaitu Sistem saraf pusat, Sistem saraf tepi, Sistem saraf otonom dan Organ perasa khusus
7.      Jenis-jenis Saraf berdasarkan pada fungsi organ yang dirangsang yaitu Saraf cerebrospinalis dan Saraf otonom
8.      Berdasarkan fungsi dari rangsang itu sendiri yaitu Saraf sensibel dan Saraf motoris
9.      Contoh Saraf penghubung yaitu saraf sensibel dengan saraf motoris



DAFTAR PUSTAKA
Alamsjah, Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Biologi Perairan. Fakultas
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 
Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan.
Fakultas Perikanan. IPB. Bogor
Bond, C. E.  1979.  Biology of Fishes.  W.  B. Saunders, Philadelphia.
Fujaya, Y. 1999. Fisiologi Ikan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka
Cipta. Jakarta.
Helfman. 1997.  The Diversity of Fishes.  Blackwell Science, UK
Saanin, H. 2008. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid I dan II. Bina Cipta.
Bandung.

Zonneveld. 2010. Anatomi Ikan. PT Intermasa. Jakarta

Sistem Eksresi dan Osmoregulasi pada ikan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Osmoregulasi adalah upaya mengontrol keseimbangan air dan ion-ion antara tubuh dan lingkungannya atau suatu proses pengaturan tekanan osmosis. Hal ini penting dilakukan, terutama oleh organisme perairan karena harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan, membrane sel yang permeabel merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang bergerak cepat, perbedaan tekanan osmosis antara cairan tubuh dan lingkungan. Tanpa osmoregulasi maka ikan akan mati, ini karena osmoregulasi dapat mengontrol konsentrasi cairan dalam tubuh. Jika ikan tidak bisa mengatur proses osmosis dalam tubuhnya maka ikan akan mati, karena osmoregulasi sangat berfungsi dalam aspek kesehatan ikan.
            Konsep dasar homeostasis adalah pemeliharan suatu keadan stabil dan dinamis didalam lingkungan cairan internal untuk dapat mempertahankan semua faktor yang mempengaruhi komunikasi antar sel pada semua sel tubuh. Karena sel-sel tubuh tidak berkontak langsung dengan lingkungan luar, kelangsungan hidup sel bergantung pada pemeliharan cairan internal yang stabil yang berhubungan langsung dengan sel.
            Sistem Ekskresi adalah sistem pembuangan proses metabolisme tubuh berupa gas, cairan, dan padatan melalui kulit, ginjal, dan saluran pencernaan.  Sistem eksresi ikan seperti juga pada vertebrata lain, yang mempunyai banyak fungsi antara lain untuk regulasi kadar air tubuh, menjaga keseimbangan garam dan mengeliminasi sisa nitrogen hasil dari metabolisme protein.
1.2 Tujuan Praktikum                                        
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui sistem ekskresi dan osmoregulasi



BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Osmoregulasi adalah upaya mengontrol keseimbangan air dan ion–ion antara tubuh dan lingkungannya atau suatu proses pengaturan tekanan osmosis. Hal ini penting dilakukan, terutama oleh organisme perairan karena; (1) harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan; (2) membrane sel yang permeabel merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang bergerak cepat; (3) perbedaan tekanan osmosis antara cairan tubuh dan lingkungan. Tanpa osmoregulasi maka ikan akan mati, ini karena osmoregulasi dapat mengontrol konsentrasi cairan dalam tubuh. Jika ikan tidak bisa mengatur proses osmosis dalam tubuhnya maka ikan akan mati, karena osmoregulasi sangat berfungsi dalam aspek kesehatan ikan. Pengaturan terhadap tekanan membran cairan tubuh yang membran konstan adalah hal yang dibutuhkan ikan agar proses fisiologi di dalam tubuhnya berjalan normal. Pengaturan tersebut disebut dengan osmoregulasi. Organ yang berperan dalam proses osmoregulasi adalah ginjal, insang, kulit, usus dan beberapa organ khusus yang digunakan dengan berbagai cara (Fujaya, 1999).
Proses osmoregulasi yang terjadi adalah pengaturan konsentrasi ion-ion bukan konsentrasi cairan tubuh, dimana proses ini juga membutuhkan energi. Bila ikan air tawar dimasukkan dalam medium air laut maka yang akan terjadi adalah pemasukan air dalam tubuh ikan dari medium dan juga berusaha mengeluarkan sebagian garam-garam dari dalam tubuhnya. Bila ikan tidak dapat melakukan proses ini, maka sel-sel ikan akan pecah (turgor) dan jika terjadi sebaliknya ikan akan kekurangan cairan atau biasa disebut dehidrasi. Proses osmosis terjadi pada sel hidup di alam. Perubahan bentuk sel terjadi jika terdapat pada larutan yang berbeda. Sel yang terletak pada larutan isotonik, maka volumenya akan konstan. Dalam hal ini, sel akan mendapat dan kehilangan air yang sama. Banyak hewan-hewan laut cairan selnya bersifat isotonik dengan lingkungannya. Jika sel terdapat pada larutan yang hipotonik, maka sel tersebut akan mendapatkan banyak air, sehingga bisa menyebabkan lisis (pada sel hewan), atau turgiditas tinggi (pada sel tumbuhan). Sebaliknya, jika sel berada pada larutan hipertonik, maka sel banyak kehilangan molekul air, sehingga sel menjadi kecil dan dapat menyebabkan kematian. Pada hewan, untuk bisa bertahan dalam lingkungan yang hipotonik atau hipertonik, maka diperlukan pengaturan keseimbangan air, yaitu dalam proses osmoregulasi (Burhanuddin,  2008)
Homeostasis adalah kemampuan diri untuk beradaptasi terhadap lingkungan internal atau eksternal yang senantiasa berubah-ubah, atau suatu keadaan seimbang yang sifatnya dinamis, yang dipertahankan tubuh melalui pergeseran dan penyesuaian atau adaptasi terhadap ancaman yang berlangsung secara konstan. Proses homeostasis ini dapat terjadi apabila tubuh mengalamai stress sehingga tubuh secara alamiah akan melakukan mekanisme pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang seimbang. Homeostasis yang terdapat dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh suatu sistem endokrin dan saraf otonom. Selain dari proses homeostasis, metabolisme energi memainkan peran penting dalam kelangsungan hidup fungsi organisme, beserta adaptasi stres dan toleransinya. (Firdaus. 2011)
Menurut (Effendie, 2003) Regulasi ion dan air pada ikan, terjadi secara hipertonik, hipotonik atau isotonik tergantung pada perbedaan (lebih tinggi, lebih rendah atau sama) konsentrasi cairan tubuh dengan konsentrasi media hidupnya. Perbedaan tersebut dapat dijadikan sebagai strategi dalam menangani komposisi cairan ekstraselular dalam tubuh ikan. Untuk ikan-ikan potadrom yang bersifat hiperosmotik terhadap lingkungannya dalam proses osmoregulasi, air bergerak ke dalam tubuh dan ion-ion keluar ke lingkungan dengan cara difusi. Keseimbangan cairan tubuhnya dapat terjadi dengan cara meminum sedikit air atau bahkan tidak minum sama sekali. Kelebihan air dalam tubuhnya dapat dikurangi dengan membuangnya dalam bentuk urin. Untuk ikan-ikan oseanodrom yang bersifat hipoosmotik terhadap lingkungannya, air mengalir secara osmosis dari dalam tubuhnya melalui ginjal, insang dan kulit ke lingkungan, sedangkan ion-ion masuk ke dalam tubuhnya secara difusi. Sedangkan untuk ikan-ikan eurihalin, memiliki kemampuan untuk dengan cepat menyeimbangkan tekanan osmotik dalam tubuhnya dengan media (isoosmotik), namun karana kondisi lingkungan perairan tidak selalu tetap, maka proses ormoregulasi seperti halnya ikan potadrom dan oseanodrom tetap terjadi.
Secara umum kulit ikan merupakan lapisan kedap, sehingga garam di dalam tubuhya tidak mudah “bocor” ke dalam air. Satu-satunya bagian ikan yang berinteraksi dengan air adalah insang. Air secara terus-menerus masuk ke dalam tubuh ikan melalui insang. Proses ini secara pasif berlangsung melalui suatu proses osmosis yaitu terjadi sebagai akibat dari kadar garam dalam tubuh ikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungannya. Sebaliknya, garam akan cenderung keluar. Dalam keadaan normal proses ini berlangsung secara seimbang. Peristiwa pengaturan proses osmosis dalam tubuh ikan ini dikenal dengan sebutan osmoregulasi. Tujuan utama osmoregulasi adalah untuk mengontrol konsentrasi larutan dalam tubuh ikan. Apabila ikan tidak mampu mengontrol proses osmosis yang terjadi, ikan yang bersangkutan akan mati, karena akan terjadi ketidakseimbangan konsentrasi larutan tubuh yang akan berada di luar batas toleransinya. (Saanin, 2008)
Menurut (Fujaya, 2004) Ada tiga pola regulasi ion dan air, yakni Regulasi Hipertonik atau Hiperosmotik, yaitu pengaturan secara aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih tinggi dari konsentrasi media, misalnya pada Potadrom (ikan air tawar). Regulasi hipotonik atau hipoosmotik, yaitu pengaturan secara aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih rendah dari konsentrasi media, misalnya pada oseandrom (ikan air laut). Regulasi isotonik atau isoosmotik, yaitu bila konsentrasi cairan tubuh sama dengan konsentrasi media, misalnya ikan-ikan yang hidup pada daerah estuari. Organ yang berperan dan berfungsi pada proses osmoregulasi yaitu Insang, pada insang sel-sel yang berperan dalam osmoregulasi adalah sel-sel chloride yang terletak pada dasar lembaran-lembaran insang. Ginjal, melakukan dua fungsi utama pertama, mengekskresikan sebagian besar produk akhir metabolisme tubuh, dan kedua, mengatur konsentrasi cairan tubuh. Usus, Meminum air laut adalah sumber utama air pada teleostei oseanodrom untuk mengembalikan air yang hilang melalui difusi insang, ginjal, dan mungkin pula melalui kulit.
Menurut (Zonneveld, 2010) Dalam Osmoregulasi terdapat dua istilah yaitu Euryhaline dan Stenohaline. Euryhaline adalah kemampuan organisme terhadap keadaan perubahan salinitas yang tinggi. Ikan yang tergolong dalam Euryhaline adalah salah satunya ikan nila. Stenohaline adalah tingkat adaptasi yang sempit terhadap salinitas yang tinggi. Contoh organisme yang bersifat Stenohaline salah satunya adalah ikan mas. Tubuh ikan dapat merespon perubahan lingkungan karena dilengkapi alat penerima rangsang (indra), baik fisik maupun kimia. Misalnya mata, bertugas untuk menentukan perubahan cahaya, linea lateralis merekam perubahan arus dan gelombang, telinga dalam merekam perubahan arah dan gravitasi, indra pembau dan pengecap. Perubahan lingkungan yang direkam alat indera tersebut dilaporkan ke otak untuk selanjutnya dilakukan penyesuaian dengan cara perubahan tingkah laku atau metabolisme untuk mengatasi gangguan keseimbangan.




BAB III
PEMBAHASAN
Ikan memiliki kecenderungan untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya, respon ikan terhadap lingkungan hiperosmotik, hipoosmotik dan isoosmotik ini bahwa setiap ikan dari jenis berbeda akan memiliki reaksi yang berbeda dengan ikan yang lainnya. Ikan air tawar atau yang biasa disebut dengan potadromus adalah ikan yang tergolong hiperosmotik, yaitu suatu keadaan dimana konsentrasi didalam tubuh ikan lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungan, oleh karena itu untuk menyeimbangkan tekanan osmotiknya ikan air tawar sedikit atau tidak sama sekali minur air dan banyak mengeluarkan urin, sehingga urin ikan air tawar lebih encer.
Secara umum proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan  untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya melalui mekanisme pengaturan tekanan osmosis. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu banyak air maka ia akan pecah, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan mengerut dan mati. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup. Hal ini penting dilakukan terutama oleh organisme perairan karena :
·         Harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan.
·         Membran sel yang merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang bergerak cepat.
·         Adanya perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dan lingkungan.
Dalam proses inti osmoregulasi, terjadi suatu peristiwa osmosis, dimana perpindahan cairan yang encer ke cairan yang pekat sehingga akan tercipta suatu kondisi konsentrasi yang sama dan  disebut dengan  isotonis. Isotonis adalah dua macam larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama (isoosmotik). Pada kondisi Osmoregulasi: isotonis adalah tekanan osmotik dua macam cairan misal, tekanan osmotik antara cairan tubuh dan air laut dalam keadaan normal, cairan akan mengalir dari cairan yang encer menuju cairan yang pekat. Agar tidak mengalir dari cairan yang encer ke cairan yang pekat, maka diberikan tekanan dengan besaran tertentu, dan tekanan ini disebut dengan tekanan osmotik (besarnya tekanan yang diperlukan untuk mencegah aliran cairan encer ke bagian pekat).
Tekanan osmotik sama dengan konsentrasi osmotik, sehingga apabila tekanan osmotik tinggi, maka larutan konsentrasi osmotik juga akan tinggi. Sehingga akan diperoleh larutan yang Hiperosmotik (larutan yang mempunyai konsentrasi osmotik lebih tinggi dari pada larutan yang lain) dan larutan yang Hipoosmotik (larutan yang memiliki konsentrasi osmotik lebih rendah dari pada larutan lainnya.) Untuk organisme akuatik, proses tersebut digunakan sebagai langkah untuk menyeimbangkan tekanan osmosis antara substansi dalam tubuhnya dengan lingkungan melalui sel yang permeabel. Semakin jauh perbedaan tekanan osmotik antara tubuh dan lingkungan, semakin banyak energi metabolisme yang dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi, hingga batas toleransi yang dimilikinya.
Regulasi ion dan air pada ikan terjadi hipertonik, hipotonik atau isotonik tergantung pada perbedaan (lebih tinggi, lebih rendah atau sama) konsentrasi cairan tubuh dengan konsentrasi media. Ada 3 pola regulasi ion dan air yakni :
·                Regulasi Hipertonik atau Hiperosmotik, yaitu pengaturan aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih tinggi dari konsentrasi lingkungan,misalnya pada petadrom (Ikan air tawar), mempertahankan konsentrasi cairan tubuhnya dengan mengurangi minum dan memperbayak urin.
·                Regulasi Hipotenik atau Hipoosmotik, yaitu pengaturan secara aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih rendah dari konsentrasi lingkungan, misalnya pada oseandrom (Ikan air laut), meperbanyak minum dan mengurangi volume urin.
·                Regulasi Isotonik atau Isoosmotik, yaitu bila konsentrasi cairan tubuh sama dengan konsentrasi lingkungan, misalnya ikan yang hidup pada daerah estuari. Diadrom, melakukan aktivitas osmoregulasi seperti potadrom bila berada di air tawar dan seperti oseanodrom bila berada di air laut.
Organ-organ yang berperan dan berfungsi pada proses osmoregulasi yaitu :
·         Insang, pada insang sel-sel yang berperan dalam osmoregulasi adalah sel-sel chloride yang terletak pada dasar lembaran-lembaran insang.
·         Ginjal, melakukan dua fungsi utama: pertama, mengekskresikan sebagian besar produk akhir metabolisme tubuh, dan kedua, mengatur konsentrasi cairan tubuh.
·         Usus, Meminum air laut adalah sumber utama air pada teleostei oseanodrom untuk mengembalikan air yang hilang melalui difusi insang, ginjal, dan mungkin pula melalui kulit.
Dalam osmoregulasi terdapat dua istilah yaitu euryhaline dan stenohaline. Euryhaline adalah kemampuan suatu organisme terhadap keadaan perubahan salinitas yang tinggi. Ikan yang tergolong dalameuryhaline adalah salah satunya ikan nila. Stenohaline adalah tingkat adaptasi yang sempit terhadap salinitas yang tinggi. Contoh organisme yang bersifat stenohaline salah satunya adalah ikan nila. Tubuh ikan dapat merespon perubahan lingkungan karena dilengkapi alat penerima rangsang (indra), baik fisik maupun kimia. Misalnya mata, bertugas untuk menentukan perubahan cahaya, linea lateral merekam perubahan arus dan gelombang, telinga dalam merekam perubahan arah dan gravitasi, indra pembau dan pengecap. Perubahan lingkungan yang direkam alat indra tersebut dilaporkan ke otak untuk selanjutnya dilakukan penyesuaian dengan cara perubahan tingkah laku atau metabolisme untuk mengatasi gangguan keseimbangan.
Konsep dasar homeostasis adalah pemeliharan suatu keadan stabil dan dinamis didalam lingkungan cairan internal untuk dapat mempertahankan semua faktor yang mempengaruhi komunikasi antar sel pada semua sel tubuh. Karena sel-sel tubuh tidak berkontak langsung dengan lingkungan luar, kelangsungan hidup sel bergantung pada pemeliharan cairan internal yang stabil yang berhubungan langsung dengan sel. Sistem Ekskresi adalah sistem pembuangan proses metabolisme tubuh berupa gas, cairan, dan padatan melalui kulit, ginjal, dan saluran pencernaan.  Sistem eksresi ikan seperti juga pada vertebrata lain, yang mempunyai banyak fungsi antara lain untuk regulasi kadar air tubuh, menjaga keseimbangan garam dan mengeliminasi sisa nitrogen hasil dari metabolisme protein.
BAB IV
KESIMPULAN
1.      Osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan  untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya melalui mekanisme pengaturan tekanan osmosis.
2.      Homeostasis adalah kemampuan diri untuk penyesuaian atau adaptasi terhadap ancaman yang berlangsung secara konstan.
3.      Sistem Ekskresi adalah sistem pembuangan proses metabolisme tubuh berupa gas, cairan, dan padatan melalui kulit, ginjal, dan saluran pencernaan.
4.      Semakin jauh perbedaan tekanan osmose antara tubuh dan lingkungan, semakin banyak energi metabolisme yang dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi.
5.      Organ yang berperan dalam proses osmoregulasi adalah ginjal, insang, kulit, usus.
6.      Regulasi ion dan air pada ikan terjadi secara hipertonik, hipotonik dan isotonik.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, A Iqbal. 2008. Ikhtiologi. Yayasan Citra Emulsi. Makassar.
Effendie, H. 2003. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.
Firdaus. 2011. Budidaya Perikanan. Tira Pustaka. Jakarta.
Fujaya, Y. 1999. Fisiologi Ikan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka
Cipta. Jakarta.
Saanin, H. 2008. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid I dan II. Bina Cipta.
Bandung.

Zonneveld, 2010. Anatomi Ikan. PT Intermasa. Jakarta